Kamis, 14 Juni 2012

Si Penolong Kecil


Hari ini matahari bersinar terik. Namun, sepertinya Nada dan Alna sudah terbiasa dengan panasnya sinar matahari, hihihi... Mereka berjalan kaki setiap pergi dan pulang sekolah. Memang letak rumah Nada dan Alna tidak berada jauh dari sekolah.

“Guk..guk” gonggongan seekor anjing kecil. “Ih, pergi sana kau anjing!” hardik Alna pada anjing kecil itu. Alna mengambil beberapa batu kecil lalu melemparkannya ke anjing itu. “Alna, jangan begitu! Kan, kasian anjing itu kesakitan” ujar Nada yang prihatin terhadap anjing kecil itu. “Uh, Nada, liat deh anjing itu! Iiih... badannya kotor sekali! Pasti Ia pernah terjatuh ke selokan. Jijik deh!” ujar Alna. Anjing itu memandang Nada dengan wajah yang memelas. “Pasti kamu lapar. Ini, aku punya beberapa potong roti” ujar Nada sambil membuka kotak bekalnya. Masih ada sedikit potongan rotinya. Nada sengaja menjatuhkan potongan roti itu supaya si anjing bisa memakannya. “Ckckckck... Nada! Anjing liar jelek itu kok kamu kasih makan sih?” tanya Alna sewot. “Dia terlihat lapar” jawab Nada polos. Alna menarik tangan Nada dan melanjutkan perjalanan pulang mereka.

Sesampainya di rumah Nada...
“Dadaaah Alna! See you tomorrow!” Sahut Nada ketika akan membuka pintu pagar rumahnya. “Assalamualaikum” ujar Nada. “Wa’alaikum salam” jawab Mama. Nada menggati pakaiannya dengan kaos dan celana pendek. Lalu, Ia mengambil air wudhu dan lantas mendirikan shalat zuhur. “Nada, makan siang, yuk!” ujar Mama. “Oke!” sahut Nada sambil melipat sajadahnya. Dengan lahap, Nada menghabiskan makan siangnya. “Ma, tadi di jalan, aku ketemu anjing kecil, kayaknya dia lapar, jadi aku kasih sisa bekalku” ujar Nada kepada Mama. Mama terseyum mendengarnya, Beliau bangga mendengar putrinya yang menyayangi hewan.

Semenjak hari itu, setiap pulang sekolah, Nada memberikan sisa bekalnya untuk Alkaffi. Anjing kecil itu Ia beri nama Alkaffi. Nada tidak bisa membawa Alkaffi pulang bersamanya. Karena, Andi, adiknya alergi kepada bulu kucing dan anjing. Namun, Alna masih tidak setuju dengan sikap Nada pada anjing liar itu. “Bagaimana pun, anjing liar tetap anjing liar. Pasti berkutu dan...iih... pokoknya jorok deh” pikir Alna.
Pada suatu hari, Alna dan Mamanya berbelanja di supermarket. Saat hari sudah larut, Alna dan Mamanya baru selesai berbelanja. Ada membuntuti Alna dan Mamanya! Seorang laki-laki yang mengenakan helm. Dan... Tas Mama Alna dijambret oleh laki-laki itu! “Maliiing!” sahut Alna dan Mamanya bersamaan. Beberapa orang berlari mengejar laki-laki itu. Secepat kilat, seekor anjing kecil ikut mengejar maling itu. Ternyata anjing kecil itu adalah Alkaffi! “Ayo Alkaffi! Kejar!” sahut Alna. Hap, Alkaffi berhasil mengambil tas Mama Alna. Alna dan Mamanya bersorak gembira. Alkaffi menghampiri Mama Alna untuk mengembalikan tasnya. Dan, beberapa orang lainnya memegangi si pencuri untuk dibawa ke kantor polisi. “Anjing pintar” puji Alna pada Alkaffi. Alkaffi menyalak senang karna dipuji, buntutnya bergoyang ke kiri dan ke kanan. Alna merasa bersalah karena tidak pernah peduli pada Alkaffi. Jika tidak ada “Si Penolong Kecil” Alkaffi, mungkin sang pencuri tidak bisa dihentikan dan Mama Alna akan kehilangan tasnya selamanya.
Esok harinya, seperti biasa Nada dan Alna pulang sekolah bersama. Ditengah jalan, mereka bertemu Alkaffi. Dan, tidak hanya Nada yang memberi makan Alkaffi, namun Alna juga! Nada senang melihat temannya bisa menyayangi binatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar